Rabu, 04 Januari 2012

SEJARAH KEBUDAYAAN BATAK

Versi sejarah mengatakan Si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang. Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.

Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan Si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama Si Raja Buntal adalah generasi ke-20.

Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus.

Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah Timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.
Dengan memperhatikan tahun tahun dan kejadian di atas diperkirakan:
• Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba (Simalungun sekarang), dari Selatan Danau Toba (Portibi) atau dari Barat Danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus. •Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah Timur Danau Toba (Simalungun).

• Sebutan Raja kepada Si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya.

Demikian halnya keturunan Si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan, dsb. Meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah.

Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak Si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu : GURU TETEABULAN, RAJA ISUMBAON dan TOGA LAUT. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya Marga-marga Batak.


SIAPAKAH ORANG BATAK ?

Orang Batak terdiri dari 5 sub etnis yang secara geografis dibagi sbb:

1. BATAK TOBA (Tapanuli)
Mendiami Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah menggunakan Bahasa
Batak Toba.

2. BATAK SIMALUNGUN :
Mendiami Kabupaten Simalungun dan menggunakan Bahasa Batak Simalungun.

3. BATAK KARO :
Mendiami Kabupaten Karo dan menggunakan Bahasa Batak Karo.

4. BATAK MANDAILING :
Mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan dan menggunakan Bahasa Batak Mandailing.

5. BATAK PAKPAK :
Mendiami Kabupaten Dairi dan menggunakan Bahasa Pakpak.


Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak. Namun demikian, mereka mempunyai marga-marga seperti halnya orang Batak.



DALIHAN NA TOLU, TOLU SAHUNDULAN
(The Philosophy of Life)

Sistem kekerabatan orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan hingga meninggal dalam 3 posisi yang disebut DALIHAN NA TOLU (bahasa Toba) atau TOLU SAHUNDULAN (bahasa Simalungun).
Dalihan dapat diterjemahkan sebagai "tungku" dan "sahundulan" sebagai "posisi duduk".
Keduanya mengandung arti yang sama, 3 POSISI PENTING dalam kekerabatan orang Batak, yaitu:

1. HULA HULA atau TONDONG, yaitu kelompok orang orang yang posisinya "di atas", yaitu keluarga marga pihak istri sehingga disebut SOMBA SOMBA MARHULA HULA yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan.
2. DONGAN TUBU atau SENINA, yaitu kelompok orang-orang yang posisinya "sejajar", yaitu: teman/saudara semarga sehingga disebut MANAT MARDONGAN TUBU, artinya menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan.
3. BORU, yaitu kelompok orang orang yang posisinya "di bawah", yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari disebut ELEK MARBORU artinya agar selalu saling mengasihi supaya mendapat berkat.



Dalihan Na Tolu bukanlah kasta karena setiap orang Batak memiliki ketiga posisi tersebut: ada saatnya menjadi Hula hula/Tondong, ada saatnya menempati posisi Dongan Tubu/Sanina dan ada saatnya menjadi BORU.
Dengan dalihan Na Tolu, adat Batak tidak memandang posisi seseorang berdasarkan pangkat, harta atau status seseorang.

Dalam sebuah acara adat, seorang Gubernur harus siap bekerja mencuci piring atau memasak untuk melayani keluarga pihak istri yang kebetulan seorang Camat.
Itulah realitas kehidupan orang Batak yang sesungguhnya.Lebih tepat dikatakan bahwa Dalihan Na Tolu merupakan SISTEM DEMOKRASI Orang Batak karena sesungguhnya mengandung nilai nilai yang universal.

MARGA dan TAROMBO :

MARGA adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah (patrilineal).
Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki laki.
Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya.
Sesama satu marga dilarang saling mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan Na Tolu disebut Dongan Tubu.

Menurut buku "Leluhur Marga Marga Batak", jumlah seluruh Marga Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.

TAROMBO adalah silsilah, asal-usul menurut garis keturunan ayah.
Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga.
Bila orang Batak berkenalan pertama kali, biasanya mereka saling tanya Marga dan Tarombo.
Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah mereka saling "mardongan sabutuha" (semarga) dengan panggilan "ampara" atau "marhula-hula" dengan panggilan "lae/tulang".
Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakah ia harus memanggil "Namboru" (adik perempuan ayah/bibi), "Amangboru/Makela",(suami dari adik ayah/Om), "Bapatua/Amanganggi/Amanguda" (abang/adik ayah), "Ito/boto" (kakak/adik), PARIBAN atau BORU TULANG (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan istri, dst.




ULOS BATAK :

Secara harafiah, ulos berarti selimut, pemberi kehangatan badaniah dari terpaan udara dingin.
Menurut pemikiran leluhur Batak, ada 3 (tiga) sumber kehangatan : (1) matahari, (2) api, dan (3) ulos.

Dari ketiga sumber kehangatan tersebut, ulos dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari-hari.
Matahari sebagai sumber utama kehangatan tidak kita peroleh malam hari, dan api dapat menjadi bencana jika lalai menggunakannya.
Dalam pengertian adat Batak "mangulosi" (memberikan ulos) melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima ulos.
Biasanya pemberi ulos adalah orangtua kepada anak-anaknya, hula-hula kepada boru.

Ulos terdiri dari berbagai jenis dan motif yang masing-masing memiliki makna tersendiri, kapan digunakan, disampaikan kepada siapa, dalam upacara adat yang bagaimana.

Dalam perkembangannya, ulos juga diberikan kepada orang "non Batak" bisa diartikan penghormatan dan kasih sayang kepada penerima ulos.
Misalnya pemberian ulos kepada Presiden atau Pejabat diiringi ucapan semoga dalam menjalankan tugas tugas ia selalu dalam kehangatan dan penuh kasih sayang kepada rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya.
Ulos juga digunakan sebagai busana, misalnya untuk busana pengantin yang menggambarkan kekerabatan Dalihan Natolu, terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (sarung).



HORAS !

Adalah salam khas orang Batak yang berarti selamat, salam sejahtera, yang kerap diucapkan dalam kehidupan sehari-hari bila 2 orang atau lebih bertemu.
Padanan kata horas adalah Mejuah-juah (Batak Karo, Batak Pakpak), Yahobu dari daerah Nias. Sedangkan Ahoiii! Adalah salam khas daerah pesisir Melayu di Sumatera Utara.
Horas bisa juga berarti selamat jalan/datang, selamat pagi/siang/malam dan lain lain yang maknanya baik. Karena populernya kata horas, orang-orang non Batak juga sering mengucapkan kata tersebut jika bertemu dengan orang Batak.







LEGENDA SI RAJA BATAK :

Konon di atas langit (banua ginjang, nagori atas) adalah seekor ayam bernama Manuk Manuk Hulambujati (MMH) berbadan sebesar kupu-kupu besar, namun telurnya sebesar periuk tanah. MMH tidak mengerti bagaimana dia mengerami 3 butir telurnya yang demikian besar, sehingga ia bertanya kepada Mulajadi Na Bolon (Maha Pencipta) bagaimana caranya agar ketiga telur tsb menetas.

Mulajadi Na Bolon berkata, "Eramilah seperti biasa, telur itu akan menetas!" Dan ketika menetas, MMH sangat terkejut karena ia tidak mengenal ketiga makhluk yang keluar dari telur tsb. Kembali ia bertanya kepada Mulajadi Nabolon dan atas perintah Mulajadi Na Bolon, MMH memberi nama ketiga makhluk (manusia) tsb. Yang pertama lahir diberi nama TUAN BATARA GURU, yang kedua OMPU TUAN SORIPADA, dan yang ketiga OMPU TUAN MANGALABULAN, ketiganya adalah lelaki.

Setelah ketiga putranya dewasa, ia merasa bahwa mereka memerlukan seorang pendamping wanita. MMH kembali memohon dan Mulajadi Na Bolon mengirimkan 3 wanita cantik : SIBORU PAREME untuk istri Tuan Batara Guru, yang melahirkan 2 anak laki laki diberi nama TUAN SORI MUHAMMAD, dan DATU TANTAN DEBATA GURU MULIA dan 2 anak perempuan kembar bernama SIBORU SORBAJATI dan SIBORU DEAK PARUJAR. Anak kedua MMH, Tuan Soripada diberi istri bernama SIBORU PAROROT yang melahirkan anak laki-laki bernama TUAN SORIMANGARAJA sedangkan anak ketiga, Ompu Tuan Mangalabulan, diberi istri bernama SIBORU PANUTURI yang melahirkan TUAN DIPAMPAT TINGGI SABULAN.

Dari pasangan Ompu Tuan Soripada-Siboru Parorot, lahir anak ke-5 namun karena wujudnya seperti kadal, Ompu Tuan Soripada menghadap Mulajadi Na Bolon (Maha Pencipta). "Tidak apa apa, berilah nama SIRAJA ENDA ENDA," kata Mulajadi Na Bolon. Setelah anak-anak mereka dewasa, Ompu Tuan Soripada mendatangi abangnya, Tuan Batara Guru menanyakan bagaimana agar anak-anak mereka dikawinkan.
"Kawin dengan siapa? Anak perempuan saya mau dikawinkan kepada laki-laki mana?" tanya Tuan Batara Guru.
"Bagaimana kalau putri abang SIBORU SORBAJATI dikawinkan dengan anak saya Siraja Enda Enda. Mas kawin apapu akan kami penuhi, tetapi syaratnya putri abang yang mendatangi putra saya," kata Tuan Soripada agak kuatir, karena putranya berwujud kadal.

Akhirnya mereka sepakat. Pada waktu yang ditentukan Siboru Sorbajati mendatangai rumah Siraja Enda Enda dan sebelum masuk, dari luar ia bertanya apakah benar mereka dijodohkan. Siraja Enda Enda mengatakan benar, dan ia sangat gembira atas kedatangan calon istrinya. Dipersilakannya Siboru Sorbajati naik ke rumah. Namun betapa terperanjatnya Siboru Sorbajati karena lelaki calon suaminya itu ternyata berwujud kadal.
Dengan perasaan kecewa ia pulang mengadu kepada abangnya Datu Tantan Debata.
"Lebih baik saya mati daripada kawin dengan kadal," katanya terisak-isak.
"Jangan begitu adikku," kata Datu Tantan Debata. "Kami semua telah menyetujui bahwa itulah calon suamimu. Mas kawin yang sudah diterima ayah akan kita kembalikan 2 kali lipat jika kau menolak jadi istri Siraja Enda Enda."

Siboru Sorbajati tetap menolak. Namun karena terus-menerus dibujuk, akhirnya hatinya luluh tetapi kepada ayahnya ia minta agar menggelar "gondang" karena ia ingin "manortor" (menari) semalam suntuk.
Permintaan itu dipenuhi Tuan Batara Guru. Maka sepanjang malam, Siboru Sorbajati manortor di hadapan keluarganya.
Menjelang matahari terbit, tiba-tiba tariannya (tortor) mulai aneh, tiba-tiba ia melompat ke "para-para" dan dari sana ia melompat ke "bonggor" kemudian ke halaman dan yang mengejutkan tubuhnya mendadak tertancap ke dalam tanah dan hilang terkubur!

Keluarga Ompu Tuan Soripada amat terkejut mendengar calon menantunya hilang terkubur dan menuntut agar Keluarga Tuan Batara Guru memberikan putri ke-2 nya, Siboru Deak Parujar untuk Siraja Enda Enda.
Sama seperti Siboru Sorbajati, ia menolak keras. "Sorry ya, apa lagi saya," katanya.
Namun karena didesak terus, ia akhirnya mengalah tetapi syaratnya orang tuanya harus menggelar "gondang" semalam suntuk karena ia ingin "manortor" juga. Sama dengan kakaknya, menjelang matahari terbit tortornya mulai aneh dan mendadak ia melompat ke halaman dan menghilang ke arah laut di benua tengah (Banua Tonga).

Di tengah laut ia digigit lumba-lumba dan binatang laut lainnya dan ketika burung layang-layang lewat, ia minta bantuan diberikan tanah untuk tempat berpijak.
Sayangnya, tanah yang dibawa burung layang-layang hancur karena digoncang NAGA PADOHA.
Siboru Deak Parujar menemui Naga Padoha agar tidak menggoncang Banua Tonga.
"OK," katanya. "Sebenarnya aku tidak sengaja, kakiku rematik. Tolonglah sembuhkan."
Siboru Deak Parujar berhasil menyembuhkan dan kepada Mulajadi Na Bolon dia meminta alat pemasung untuk memasung Naga Padoha agar tidak mengganggu. Naga Padoha berhasil dipasung hingga ditimbun dengan tanah dan terbenam ke benua tengah (Banua Toru). Bila terjadi gempa, itu pertanda Naga Padoha sedang meronta di bawah sana.

Alkisah, Mulajadi Na Bolon menyuruh Siboru Deak Parujar kembali ke Benua Atas.
Karena lebih senang tinggal di Banua Tonga (bumi), Mulajadi Na Bolon mengutus RAJA ODAP ODAP untuk menjadi suaminya dan mereka tinggal di SIANJUR MULA MULA di kaki gunung Pusuk Buhit.
Dari perkawinan mereka lahir 2 anak kembar : RAJA IHAT MANISIA (laki-laki) dan BORU ITAM MANISIA (perempuan).

Tidak dijelaskan Raja Ihat Manisia kawin dengan siapa, ia mempunyai 3 anak laki laki : RAJA MIOK MIOK, PATUNDAL NA BEGU dan AJI LAPAS LAPAS. Raja Miok Miok tinggal di Sianjur Mula Mula, karena 2 saudaranya pergi merantau karena mereka berselisih paham.

Raja Miok Miok mempunyai anak laki-laki bernama ENGBANUA , dan 3 cucu dari Engbanua yaitu : RAJA UJUNG, RAJA BONANG BONANG dan RAJA JAU. Konon Raja Ujung menjadi leluhur orang Aceh dan Raja Jau menjadi leluhur orang Nias. Sedangkan Raja Bonang Bonang (anak ke-2) memiliki anak bernama RAJA TANTAN DEBATA, dan anak dari Tantan Debata inilah disebut SI RAJA BATAK, YANG MENJADI LELUHUR ORANG BATAK DAN BERDIAM DI SIANJUR MULA MULA DI KAKI GUNUNG PUSUK BUHIT .












SEJARAH AL KITAB DALAM BAHASA BATAK TOBA



Alkitab Bahasa Batak Toba
Perjanjian Lama tahun 1894, 1989 BS
Perjanjian Baru tahun 1878, 1885
Porsi / Sebagian tahun 1859
Oleh Herman Neubronner van der Tuuk; Ludwig Ingwer Nommensen; Peter Hinrich Johannse ,
Dari : Alkitab di Tanah Hindia Belanda

The Netherlands Bible Society mulai menerjemahkan dalam dialek Batak Toba pada tahun 1853. Selanjutnya pada tahun 1867 kitab Kejadian, Keluaran, Injil dan Kisah Para Rasul dipublikasikan. Selanjutnya pada tahun 1877, J.C. Nomensen dari the Rhenish Missionary Society, yang masuk ke daerah ini pada tahun 1861, memulai satu versi yang segar yang dipublikasikan oleh the British and Foreign Bible Society, Perjanjian Baru muncul dalam huruf Batta yang aneh pada tahun 1878, dan huruf roman pada tahun 1885. Perjanjian Baru dalam huruf roman dipublikasikan pada tahun 1894.
[ Rev. R Kilgour, D.D., 173 ]

Dari : Gereja-gereja di Sumatra
Pada tahun 1820 tiga pekabar Indjil dari perhimpunan pekabar Indjil Baptis di Inggris memasuki daerah-daerah itu. Mereka adalah Ward jang pergi ke Bengkulu, Evans ke Padang dan Burton ke Sibolga. Jang terachir ini mempeladjari bahasa Batak Toba, malahan dia mentjoba djuga untuk menterdjemahkan fasal I dari Alkitab.

[ Dr. Th. Muller Kruger, 1966, 208 ]

Dari: Gereja-gereja di Sumatra
Van der Tuuk menetap di Baros, dipantai barat. Keahliannja demikian rupa sehingga ia menghasilkan beberapa buku penjelidikan mengenai bahasa Batak serta menterdjemahkan sebuah kamus dan beberapa fasal Perdjandjian Lama. Buku-buku itu diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Belanda.
[ Dr. Th. Muller Kruger, 1966, 209-210 ]

Referensi :
1. Kilgour, Rev. R, D.D. Alkitab di Tanah Hindia Belanda. Halaman 171-176.
2. Kruger, Dr. Th. Muller . 1966. Sejarah Gereja Di Indonesia. Badan Penerbitan Kristen-
Jakarta. Halaman 208-211.















NAMA HARI BATAK DAN BULAN BATAK:







1. Artia
2. Suma
3. Anggara
4. Muda
5. Boraspati
6. Singkora
7. Samisara
8. Artia ni Aek
9. Suma ni Mangadop
10. Anggara Sampulu
11. Muda ni mangadop
12. Boraspati ni Tangkup
13. Singkora Purasa
14. Samisara Purasa
15. Tula
16. Suma ni Holom
17. Anggara ni Holom
18. Muda ni Holom
19. Boraspati ni Holom
20. Singkora Moraturun
21. Samisara Moraturun
22. Artia ni Angga
23. Suma ni Mate
24. Anggara ni Begu
25. Muda ni Mate
26. Boraspati Nagok
27. Singkora Duduk
28. Samisara Bulan Mate
29. Hurung
30. Ringkar
Perhitungan hari dalam satu bulan adalah 29 hari dan 30 hari berselang satu bulan.

NAMA BULAN BATAK
1. Sipahasada
2. Sipahadua
3. Sipahatolu
4. Sipahaopat
5. Sipahalima
6. Sipahaonom
7. Sipahapitu
8. Sipahaualu
9. Sipahasia
10. Sipahasampulu
11. Li
12. Hurung
Satu kali dalam empat tahun ada bulan ketigabelas namanya: Lamadu
PERBANDINGAN ANTARA SASTRA KEBIJAKSANAAN ISRAEL DAN SASTRA BUDAYA BATAK TOBA:



"Marbisuk ma ho!" (Hendaklah kamu cerdik dan bijaksana!). Inilah falsafah kuno orang Batak Toba yang tetap aktual dalam dan bagi kehidupan masyarakat Toba hingga pada masa sekarang. Ungkapan ini sering diumbar oleh orang-orang tua dari jaman ke jaman. Falsafat ini sungguh mempengaruhi cara hidup, pola pikir, cara pandang dan tingkah laku (praktek hidup) orang Batak Toba. Ungkapan sejajar dapat ditemukan juga dalam Kitab Suci yang termuat dalam nas yang berisi : " Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati !" (Mat. 10:16).
Manusia pada dasarnya ingin bijaksana dan cerdik, karena Allah memberikan dan menciptakan potensi itu dalam diri manusia. Sebagai makhluk yang bernilai luhur, manusia unik dari ciptaan lain karena ia memiliki akal budi. Dengan akal budi manusia mampu untuk berkembang menjadi sempurna dan bijaksana.
Manusia yang memiliki akal budi hidup dalam panggung dunia. Panggung dunia diwarnai oleh pelbagai seni hidup. Manusia berperang sebagai pemain yang memaikan hidup tersebut. Pengalaman hidup berhadapan dengan sesama, berhadapam dengan alam ciptaan lainnya, berhadapan dengan daya-daya kekuatan yang tidak nampak namun mempengaruhi dan membentuk manusia, dan sebagai makhluk rohani berhadapan dengan Allah Sang Pencipta; membentuk suatu cara hidup yang bijaksana. Dengan suatu seni hidup para bijak mencoba membantu orang untuk dapat mengambil sikap yang tepat dalam setiap situasi hidup, dengan demikian dapat berhasil dalam hidup, bertanggungjawab terhadap hidupnya, bersikap benar terhadap penderitaan, kematian, makna hidup di dunia ini. Dengan tujuan akhir ialah demi suatu kebahagian hidup.
Cara-cara hidup tersebut terungkap dalam sastra hidup manusia. Dalam sastra budaya setiap suku yang diwariskan turun temurun, baik secara lisan maupun tulisan. Sastra itu tertuang dalam bentuk puisi, pantun, sajak, pepatah, peribahasa, lagu, dan dalam bentuk lain.
Masyarakat Batak Toba dan bangsa Israel memiliki sastra kebijaksanaan dalam bentuk budayanya masing-masing seperti bangsa lain. Dalam tugas ini penulis hendak menjelaskan sebagian dari sastra dari kedua suku bangsa ini, serentak membandingkan kedua sastra tersebut, hingga dapat memperoleh kekhasan, kelebihan dan kekurangannya.


Sastra Kebijaksanaan Masyarakat Batak Toba.
Batak Toba Sekilas Pandang :
Masyarakat Batak Toba pada umumnya hidup tersebar atau tinggal di sekitar daerah Sumatera Utara, khususnya di daerah pulau Samosir dan daerah Tapanuli. Namun demikian orang Batak telah tersebar ke berbagai penjuru dunia ini. Suku Batak Toba menjadi suku bangsa yang besar. Nenek moyang suku bangsa Batak diduga berasal dari Hindia Belakang, walau menurut mitos orang Batak yang beredar di kalangan masyarakat ini, nenek moyang Orang Batak berasal dari titisan dewa Si Raja Deang Parujar. Raja Batak sebagai manusia pertama dikirim oleh dewa ke bumi ini di gunung Pusuk Buhit, di pulau Samosir. Suku ini memiliki beberapa persamaan dengan salah satu suku di daerah Fhilipina. Karena itu diperkirakan bahwa sebenarnya keturunan Batak Toba berasa dari daerah Asia bagian Hindia Belakang.
Banyak teori dan pendapat yang berbicara tentang keberadaan suku Batak Toba. Sebagian berpendapat bahwa suku Batak mencakup lima suku: Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Dairi-Pakpak. Tetapi pendapat ini sangatlah lemah karena bukti untuk itu tidak kuat. Sebagian orang berpendapat bahwa suku ini berdiri sendiri. Memang ada kemiripan di antara kelima suku ini, misalnya memiliki sedikit persamaan dalam bahasa, adat kebiasaan. Tetapi lebih banyak perbedaan. Perbedaan ini menjadi dasar penentu bahwa suku Batak Toba berbeda dari suku yang lainnya itu. Dalam tugas ini penulis menjelaskan sastra yang dimiliki oleh suku Batak Toba, karena dari suku inilah penulis berasal.


Seni Sastra Masyarakat Batak Toba:
Orang Batak Toba terkenal dengan keberaniannya untuk berbicara di depan umum dan keberanian dalam hal-hal lainnya. Sifat umum dan khas dari suku bangsa ini ialah "Si boru puas si boru bakkara, molo nunga puas ampema soada mara (artinya, seseorang harus mengungkapkan isi hati dan perasaannya, dan jika hal itu telah terungkapkan maka puaslah rasanya dan damai serta selesailah masalkah, semua masalah harus dituntaskan dengan pembicaraan). Ungkapan ini umumnya mewarnai sifat orang Batak. Berkaitan dengan itulah maka orang Batak suka berbicara. Suka berbicara, berkaitan erat dengan bayak hal dalam hidup orang Batak Toba. Suku ini
memiliki banyak ungkapan-ungkapan berhikmat, pepatah, pantun, falsafah, syair lagu, dll. Banyak ungkapan bijaksana di kalangan masyarakat Toba. Ungkapan bijak itu tidak kala penting dan nilainya bagi kehidupan mausia bila dibandingkan dengan ungkapan bijak dari sastra suku bangsa lain. Ungkapan berhikmat itu sungguh lahir dari pengalaman dan pergulatan hidup nenek moyang dari dahulu hingga masa sekarang.
Makna yang terkandung dalam sastra Batak Toba berkaitan erat dengan kehidupan yang dialami setiap hari, misalnya: falsafah pengetahuan (Batak: Habisuhon), kesusilaan (Batak: Hahormaton), tata aturan hidup (Batak: Adat dohot uhum) dan kemasyarakatan (Batak: Parngoluon siganup ari). Bila diteliti secara seksama, sastra kebijaksanaan suku Batak Toba (yang disebut umpama), terdiri dari empat bagian. Pembagian itu adalah sebagai berikut :
Filsafah (Batak: umpama na marisi habisuhon= pepatah yang berisi pengetahuan atau kebijaksanaan).
Etika kesopanan (Batak: umpama hahormaton).
Undang-undang (Batak: umpama na mardomu tu adat dohot uhum).
Kemasyarakatan (Batak: umpama na mardomu tu parsaoran si ganup ari, ima na dipangke di tingki pesta, partamueon, dll.).
Arti dan makna umpama (pepatah) dalam suku Batak Toba sangat luas dan mendalam. Berdasarkan bentuknya ungkapan itu
dapat di bagi ke dalam empat bagian besar. Pembagian itu ialah:
Pantun (Batak: umpasa): adalah ungkapan yang berisi permintaan berkat, keturunan yang banyak, penyertaan dan semua hal yang baik, pemberian dari Allah.
Kiasan/persamaan (Batak: tudosan): adalah pepatah yang berisi persamaan dengan ciptaan (alam) dan semua yang ada di sekitar kita, misalnya: pematang sawah yang licin.
Nyanyian (Batak: endeende): adalah pepatah yang sering dinyanyikan, diungkapkan oleh orang yang sedang rindu, yang bergembira dan yang sedang sedih.
Pepatah (Batak: Umpama) adalah: a). kebijaksanaan/kecerdikan, b). pepatah etika kesopanan, c). pepatah adat (peraturan :tata cara), d). pepatah hukum.

Berikut ini dijelaskan beberapa contoh dari sastra kebijaksanaan Batak Toba dan Sastra kebijaksanaan Bangsa Israel!

1. Berkaitan dengan Penderitaan Manusia: Nunga bosur soala ni mangan
Mahap soala ni minum , Bosur ala ni sitaonon
Mahap ala ni sidangolon
** Arti harafiah dan leksikal:
Sudah kenyang bukan karena makan Puas bukan karena minum
Kenyang karena penderitaan , Puas karena kesedihan/dukacita
** Arti dan makna terdalam:
Syair pantun ini mengungkapkan keluhan manusia atas penderitaan yang berkepanjangan yang menyebabkan keputusasaan. Penderitaan sering dianggap sebagai takdir. Takdir ditentukan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Allah orang Batak Toba) harus diterima dengan pasrah saja. Ada orang yang menyerah saja pada penderitaan dan menjadi apatis. Namun untuk sebagian orang takdir dilihat sebagai sarana pendidikan, yakni mendidik untuk tabah menghadapi segala cobaan hidup, menyingkirkan sifat sombong dan sekaligus menanamkan rasa patuh kepada orang tua, raja, hula-hula (kerabat keluarga), nenek moyang dan Debata Mulajadi Na Bolon.
** Jenis pantun ini ialah "pantun andung" (pantun tangisan) pada penderitaan. Pantun ini diungkapkan pada waktu mengalami penderitaan (kesedihan dan duka cita), misalnya pada saat kematian orang tua, sahabat dan famili.
** Padanannya dari Sastra Kebijaksanaan Israel: Ayub 33: 19-22; 36: 15


Tinjauan teologis-eksegetis:
Penderitaan adalah sarana yang digunakan Allah untuk mendidik umat-Nya. Sebagai sarana pendidikan penderitaan dapat menuntun si pendosa kembali kepada kesetiaan dan ke jalan yang baik. Penderitaan dapat membantu manusia dalam perjalanannya menuju Allah. Sengsara dan penderitaan dapat menjadi pemberitahu yang digunakan Allah untuk mempertobatkan pendosa.
Penderitaan adalah bahasa dan cara Allah untuk menyapa orang. Kendati harus diingat bahwa Allah tidak menciptakan atau membuat penderitaan bagi manusia! Melalui penderitaan terjadi penyelamatan dan penyataan kasih Allah. Sengsara dapat menyucikan dan membersihkan seseorang dari dosa jika ia bertobat dan percaya kepada Allah sebagai penyelamat (Yes 1: 25; 48: 10). Sengsara dapat menjadi pelajaran bagi orang mengenai hal-hal yang penting dan sebagai sarana intropeksi diri (Ul. 8: 2-3). Penderitaan dapat mengajak orang untuk bertobat (bdk. Ams 3: 11-12) dan membuka hati manusia bagi Allah dan karyaNya dalam hidup manusia.
Berkaitan dengan Nasihat dan Larangan Melakukan Perzinahan:
Silaklak ni dandorung , Tu dangka ni sila-sila
Ndang iba jumonokjonok , Tu na so oroan niba .
Arti harafiah dan leksikal: Kulit kayu dandorung Ke dahan kayu silasila , Dilarang mendekati perempuan/wanita Jika tidak istri sendiri
** Arti terdalam: Dua baris terakhir dari syair pantun di atas menasehatkan kepada semua pria agar tidak mendekati seorang perempuan/wanita yang tidak istrinya. Nasehat ini merupakan usaha untuk menghindari tindakan perzinahan dan sekaligus merupakan larangan untuk tidak melakukan perzinahan. Seorang laki-laki yang mendekati perempuan yang bukan istrinya dan melakukan hubungan seksual disebut berzinah. Orang yang melakukan perzinahan dihukum dan terkutuk hidupnya.
** Jenis Sastra: Pepatah nasehat ini digolongkan ke dalam pantun nasehat atau pepatah nasehat (Batak: umpama etika hahormaton, adat dohot uhum). Pepatah ini digunakan pada kesempatan pesta adat, pesta perkawinan, dan pada hari-hari biasa serta pada kesempatan yang biasa juga. Juga sering diungkapkan pada waktu diadakan musyawarah kampung karena adanya tindakan pelanggaran perkawinan. Biasanya orang yang berzinah dihukum secara adat.
** Padanannya dari Sastra Kebijaksanaan : Ams 5:15
"Minumlah air dari kulahmu sendiri~ minumlah air dari sumurmu yang membual" (Ams 5:15).

Tinjauan eksegetis-teologis:
Seorang pemuda dinasehati agar tidak melakukan tindak perzinahan dengan orang lain (dengan perempuan yang bukan istri sendiri). Dinasehatkan dengan tegas agar menikmati istri sendiri dan setialah padanya seumur hidup. Dosa perzinahan diartikan sebagai tindak ketidaksetiaan kepada kehendak Allah. Sang murid harus menikmati kebahagiaan dengan istri sendiri dan bukan dengan perempuan jalang (pelacur). Dalam hal ini ditekankan kemurnian perkawinan. Jika nasehat ini diindahkan maka kemurnian perkawinan akan meluap ke luar seperti pancaran-pancaran air dari pancuran. Tindak zinah sungguh ditentang oleh penulis dan pengarang kitab Amsal ini. Hal itu didasarkan pada suatu keyakinan bahwa Allah bangsa Israel tidak menghendaki tindak zinah dan serong. Perbuatan jahat dikutuk dan perbuatan baik diberkati. Perkawinan yang baik pasti diberkati Allah jika dinikmati menurut hukum-hukum Allah. Umumnya secara rohani dari nasehat dari sartra kebijaksanaan Israel sering dan selalu dikaitkan dengan Allah. Kulahmu sendiri adalah bahasa kiasan (kulah, sumur) berarti: istri yang sah. Dengan zinah yang terkutuk dipertentangkan kesetiaan dalam perkawinan dan istri sah yang dipuji. Istri yang baaik adalah karunia dari Tuhan dan penghibur suami.

Berkaitan dengan Etika Kesopanan (sopan santun): " Pantun hangoluan, tois hamatean!"
** Arti harafiah dan leksikal: Sikap hormat dan ramah mendatangkan kehidupan dan kebaikan; sikap ceroboh atau sombong (tidak tahu adat) membawa kematian/malapetaka.
** Arti terdalam: sopan santun, sikap hormat dan ramah tamah akan membuahkan hidup yang mulia dan bahagia (baik), sedangkan sikap ceroboh dan sombong (angkuh) akan menyebabkan kematian, penderitaan, malapetaka dalam hidup seseorang. Pada umumnya orang yang sopan memiliki banyak teman yang setia, ke mana dia pergi selalu mendapat perlindungan dan sambutan dari orang yang dijumpainya. Sedangkan orang yang ceroboh dan sombong sulit mendapat teman bahkan sering mendapat

lawan dan musuhnya banyak. Yang seharusnya kawan pun menjadi lawan bagi orang yang seperti ini.
** Jenisnya dan digunakan pada kesempatan: Sastra ini tergolong dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat. Pepatah etika sopan santun. Biasanya digunakan pada kesempatan memberangkatkan anak, famili atau sahabat yang hendak pergi ke perantauan. Dan pepatah ini digunakan sebagai nasehat orang-orang tua kepada anak¬anaknya.
** Padanannya dari sastra Kebijaksanaan Israel: Pengkhotbah 8:13 ; Amsal 10: 2-3.

Tinjauan eksegetis-teologis:
Pengkhotbah mengungkapkan bahwa orang takwa (benar) akan selamat dan dirahmati Allah, karena takut akan Allah. Keselamatan yang dimaksudkan ialah keselamatan yang tidak dapat ditangkap oleh indera mata, tetapi sungguh ada. Perbedaan nasib orang benar dan orang fasik nyata dalam ayat ini. Orang fasik tidak hidup lama. Tidak mau mengatakan bahwa semua orang fasik tanpa terkecuali hidup lama. Dalam kenyataanya sekalipun orang fasik bernasib baik dan kadang-kadang hidup lama, namun tetap menjadi kebenaran mutlak bahwa orang fasik tidak bisa luput dari hukuman Allah, bahwa hidupnya diperpendek. Sekalipun tetap diterima ada kekecualian dari pandangan umum itu. Ganjaran bagi orang benar dan ganjaran bagi kebenaran artinya ganjaran bagi hidup yang benar. Para nabi sering menyoroti penindasan dan penipuan serta pemerasan terhadap orang yang lemah. Semuanya itu mengingkari kebenaran yang dituntut Allah dari umatNya. Kebenaran menunjukkan bahwa Allah memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup jasmani umatNya dan menggagalkan nafsu-nafsu jahat dari orang jahat. Pandangan teologi tradisional mengungkapkan bahwa kebaikan akan tumbuh subur dan kejahatan serta orang jahat akan musna dan tidak bertumbuh. Tetapi kenyataannya tidak sungguh-sungguh terus terang dinyatakan dan diyakini oleh semua orang.

Berkaitan dengan "Janji atau nazar" yang harus ditepati:
Pat ni satua , Tu pat ni lote , Mago ma panguba , Mamora na niose
** Arti harafiah dan leksikal: Kaki tikus , Ke kaki burung puyuh . Lenyap/hilanglah si pengingkarjanji Dan kayalah yang diingkari
** Arti terdalam: seorang yang mengingkari janji, apalagi sering-sering mengingkari akan hilang lenyap (mati) karena tindakannya dan orang yang diingkari akan menjadi kaya. Orang yang mengingkari janji dikutuk dan ditolak oleh masyarakat umum, sedangkan orang yag diingkari mendapat penghiburan dan pengharapan yang baik dari sang pemberi rahmat. Dia akan menjadi kaya dalam hidupnya. Padan adalah janji atau perjanjian, ikrar yang disepakati oleh orang yang berjanji. Akibat dari pelanggaran padan lebih daripada hukum badan, karena ganjaran atas pelanggaran padan (janji) tidak hanya ditanggung oleh sipelanggar janji (padan), tetapi juga sampai pada generasi-keturunan berikutnya. Ada unsur kepercayaan kutukan di dalamnya. Padan bersifat pribadi dan rahasia, diucapkan tanpa saksi atau dengan saksi. Jika padan diucapkan pada waktu malam maka saksinya ialah bulan maka disebut padan marbulan. Dan jika diucapkan pada siang hari saksinya ialah hari dan matahari disebut padan marwari. Nilai menepati janji cukup kuat pada orang Toba. mni mungkin ada kaitannya dengan budaya padan yang menyatakan perbuatan ingkar janji merupakan yang terkutuk.
** Jenis pantun dan digunakan pada kesempatan: pantun ini tergolong ke dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat kepada orang yang berjanji (Batak: marpadan). Pepatah ini digunakan pada kesempatan ketika menasehati orang yang sering menginkari janji. Pada upacara adat terjadi pembicaraan dan berkaitan dengan pengadaan perjanjian. Nasehat ini diberikan dan disampaikan oleh orang tua dari kalangan keluarga. mni merupakan unsur sosialisasi untuk mendidik orang Toba menjadi orang yang konsekuen dalam bertindak.
** Padanannya dari sastra Kebijaksanaan Israel: Pengkhotbah 5: 3-4.
Di kalangan bangsa Israel terdapat apa yang disebut dengan 'nazar'. Dan orang bernazar karena dan untuk suatu hal. Nazar sering ditujukan kepada Allah. Kitab pengkhotbah menulis kritik atas kebiasaan untuk mengucapkan nazar, sesuatu yang pada dasarnya dinilai positif. Pengkhotbah tidak menolak nilai dari nazar, tetapi tidak mau mengikatkan nilai pada nazar, melainkan pada penetapan nazar. Agar bahaya dari "melupakan nazar" diperkecil dan dihindari, maka pengkhotbah memberi nasehat untuk selekas-lekasnya menepati nazar. Sebab sungguh-sungguh bodoh kalau menunda-nunda menepati nazar dan Allah tidak senang pada orang yang ingkar (tidak menepati) akan nazarnya. Lebih baik tidak bernazar daripada bernazar tetapi tidak melaksanakannya. Peringatan ini berhubungan dengan membuat janji. Yang menjadi pokok pikiran ialah "menganggap enteng" karena menganggap enteng, maka manusia sering cepat sekali bernazar. Tetapi bila tiba saatnya untuk menepati janji itu, maka ia sudah lupa. Siapa yang belaku demikian adalah orang yang kurang waras. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang tidak setia, apalagi jika mengingkari janji yang berkaitan dengan Allah. Karena itu lebih baik tidak bernazar daripada bernazar tetapi tidak menepatinya. Di sini dinyatakan bahwa bernazar tidaklah merupakan kewajiban mutlak. Dalam Taurat Musa diungkapkan bahwa orang tidak berdosa bila tidak berjanji (Ul 23: 22). Tetapi orang yang berjanji /bernazar dan tidak melakukannya ia berdosa (Ul 23:21). Pengkhotbah berkata: lebih baik engkau tidak berjanji daripada tidak menebus sesuatu janji yang telah diucapkan.

Berkaitan dengan Kehidupan Sosial Masyarakat:
Ansimun sada holbung Pege sangkarimpang Manimbuk rap tu toru Mangangkat rap tu ginjang
** Arti harafiah dan leksikal:
Mentimun satu kumpulan Jahe satu rumpun batang Serentak melompat ke bawah Serentak melompat ke atas
** Arti terdalam: Umpama ini digunakan untuk kerabat sedarah dan dari satu keluarga (Batak: dongan sabutuha). Pepatah ini mengisyaratkan kebersamaan untuk menanggung duka dan derita, suka dan kegembiraan. Sejajar dengan ungkapan: "ringan sama dijingjing, berat sama dipiku~". Dari ungkapan ini terbersit arti mendalam dari kekerabatan yang dianut oleh orang Batak Toba. Kekerabatan mencakup hubungan primordial suku, kasih sayang dipupuk atas dasar hubungan darah. Kerukunan diusahakan atas dasar unsur-unsur Dalihan Na Tolu. Hubungan antar manusia dalam kehidupan orang BatakToba diatur dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu. Hubungan ini telah disosialisasikan kepada generasi dari generasi ke generasi berikutnya. Hubungan ini telah ditanamkan kepada anak sejak dia mulai mengenal lingkungannya yang paling dekat, misalnya dengan orang tua, sanak saudara dan kepada famili dekat. Pengertian marga dijelaskan dengan baik sesuai dengan kode etik Dalihan Na Tolu. Tata cara kehidupan, cara bicara, adat-istiadat diatur sesuai dengan kekerabatan atas dasar Dalihan Na Tolu itu.
** Jenis sastra: tergolong dalam kelompok pepatah (Batak: umpama). Dipakai pada kesempatan pesta pernikahan, pesta adat dan pada waktu kemalangan. Pepatah ini digunakan sebagai nasehat untuk pihak yang berpesta dan yang sedang kemalangan.
** Padanannya dari sastra Kebijaksanaan Israel: Sirakh 3: 31-4: 1-3 ; Ams 3: 27-28:

Tinjauan eksegetis-teologis:
Membalas dengan cinta apa yang telah diperoleh dari orang lain. Dalam teks sirakh tidak dikatakan apa yang mesti dibalas dengan cinta, kebaikan atau keburukan yang dialami dari pihak orang lain. Tetapi sangat ditekankan kewajiban berbuat baik kepada orang yang miskin dan lemah. Dalam hal ini nasehat dalam pepatah teks ini menekankan keharusan dan supaya tidak menunda-nunda perbuatan baik itu. Amsal menekankan agar tidak menahan kebaikan dari pada orang yang berhak menerimanya, pada hal kita dapat melakukannya. Anjuran berbuat baik kepada sesama berarti kepada teman, kepada rekan, sahabat, atau pendeknya kepada setiap orang yang dengannya ada hubungan khusus. Dalam Amsal arti kata sesama juga mencakup pengertian secara luas hinga mencakup orang lain. Ini merupakan langkah pertama ke arah perluasan kasih kepada sesama manusia (Im 19:18) yang akhirnya dalam Injil, termasuk musuh juga (Mat 5: 43). Allah mencintai dan mengasihi orang yang berlaku baik dan benar. Tindakan kasih adalah yang terutama daripada ketaatan kepada hukum pada hal meniadakan kasih terhadap sesama. Orang yang berbuat baik akan memperoleh hikmat yang berasal dari Tuhan dan menjadi tenteramlah hidupnya, bahagia di hadapan Allah.

PERBANDINGAN ANTARA SASTRA BATAK TOBA DAN SASTRA KEBIJAKSAAN ISRAEL
A. Kekhasan masing-masing satra:
Sastra Batak Toba:
Sastra Batak Toba lahir dari budaya Batak yang tumbuh berkat relasinya dengan alam, dunia sekitar dan orang-orang dari suku bangsa lain.
Pepatah atau ungkapan bijak dalam suku ini tidak diperoleh dari hasil pendidikan formal, tetapi dari pendidikan suatu perkumpulan, misalnya perguruan silat atau perkumpulan marga dan adat.
Sastra ini pada umumnya diwariskan secara lisan.
Pengarang satra ini tidak diketahui. Waktu penulisan dan tempat mengarang juga tidak dapat dipastikan.
Pepatah dan pantun dapat diubah-ubah sesuai dengan situasi yang ada. Tetapi harus selalu diperhatikan dan dipertahankan isi dan makna yang sebenarnya. Sastra ini memiliki arti kiasan atau perumpamaan dan arti langsung (harafiah). Pola sajak yang digunakan umumnya bervariasi, ada ab-ab dan ada yang bebas. Ada pepatah atau sajak yang bernilai rohani, yang sangat dalam maknanya. Pepatah umumnya dikuasai oleh sebagian orang saja yang bertugas sebagai pembiGara dalam adat. Orang yang bisa berbiGara dengan baik dan mengetahui banyak pepatah maka dia dapat dihunjuk sebagai pembiGara dalam adat. Tetapi umumnya sastra ini dapat digunakan oleh siapa saja.

Sastra Kebijaksanaan Israel:
Sastra Israel umumnya dituliskan dalam satu buku tertentu, kendatipun ada juga yang diwariskan seGara lisan, turun temurun. Sastra ini telah tersebar luas ke seluruh dunia karena telah masuk ke dalam agama Kristen.
Setiap tulisan ada pengarang dan diperkirakan ditulis pada masa atau jaman tertentu. Hal itu dapat diteliti dalam tulisan, dalam kata-kata, dalam alur pemikiran yang terdapat dalam sastra itu.
Masing-masing sastra memiliki Giri khas tersendiri sesuai dengan gaya pemikiran dan waktu penulisannya.
Pesan yang termuat di dalam tulisan pada umumnya jelas.
Memiliki makna rohani yang mendalam.
Pengungkapan bebas walaupun juga ada yang memiliki aturan tersendiri dan memiliki persamaan.
Sastra kebijaksanaan Israel sungguh-sungguh ungkapan dan buah pikiran orang-orang bijaksana.
B. Kelebihan, kekurangan dan persamaan:
** Kelebihan dan kekurangan:
Sastra Batak Toba:
Kelebihan: pepatah bersifat sederhana, mudah dimengerti dan diingat oleh orang, tidak membosankan, memiliki arti harafiah dan arti terdalam yang juga memiliki kaitan dengan arti harafiah itu. Umumnya pepatah atau sastra Batak sibuk dengan masa depan.
Kekurangan: tidak semua tertulis karena itu bisa hilang dan dilupakan oleh generasi selanjutnya. Sastra ini memiliki bahasa kuno yang terkadang sulit dimengerti orang jpada aman sekarang.







Sastra Kebijaksanaan Israel:
Kelebihan:
Diwariskan secara tertulis.
Memiliki kekhasan dari tiap-tiap sastra.
Tetap populer sampai sekarang terutama dalam agama Kristen
Memiliki arti terdalam dan arti kiasan
Kebijaksanaan bersifat universal
Hikmat dapat mendidik manusia.

Kekurangan:
Ada sebagian sastra yang tidak memiliki aturan.
Sastra kebanyakan bertemakan hal duniawi pada hal maksudnya lebih rohani.
Umumnya tidak terlalu memikirkan masa depan.
** Persamaan : Masing-masing sastra digunakan dalam kehidupan sehari-hari demi kebaikan manusia. Sastra bertujuan untuk mendidik manusia terutama untuk generasi berikutnya. Sastra lahir dari pengalaman manusia. Berisikan patokan-patokan kebijaksanaan manusiawi. Memiliki pepatah atau ungkapan-ungkapan yang pendek dan mudah diingat.

PENUTUP :

Ada ungkapan para tua-tua orang Batak Toba: 'Ansit do na haion (so dapotan) jambar juhut, alai hansitan dope na so dapotan jambar hata', Artin ya sangat men yakitkan jika seseorang tidak mendapat bagian dalam pembagian daging, tetapi lebih sakit lagijika seseorang tidak mendapat kesempatan untuk berbicara dalam pesta adat. Ungkapan ini hendak menunjukkan betapa penting dan tingginya nilai berbiGara dalam budaya Batak Toba. Ungkapan-ungkapan orang bijak di kalangan Batak Toba memiliki Giri tersendiri. Hal itu terGermin dalam semua tulisan dan sastra yang dimiliki oleh suku ini. Sastra Israel juga menunjukkan hal yang sama dan memiliki Giri yang khas dan bernilai tinggi. Karena itu dalam membandingkan kedua sastra ini, penulis tidak dapat menemukan ungkapan atau teks yang sungguh-sungguh sama. Makna, arti dan tujuan dapat sama namun pengungkapannya berbeda-beda. Sastra diungkapkan dengan kata dan gaya bahasa yang berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh Gara pikir dan perkembangan budaya dari kedua sastera ini.

Penulis melihat poin lain, berkaitan dengan perbandingan kedua sastra ini, yakni masing-masing sastra kebijaksanaan dari kedua suku bangsa ini sungguh bertujuan untuk membangun, mengembangkan dan mengatur kehidupan manusia agar manusia dapat hidup sejahtera dan damai di bumi ini. Orang yang bijak akan nampak dalam dan dari tingkah laku dan tutur kata serta dari ungkapan-ungkapannya. Semoga manusia semakin bijaksana dan kebijaksanaan Allah menwarnai kebijaksanaan setiap orang .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar